Anak Berprestasi Pendidikan Anak Tumbuh Kembang Anak

Benarkah Anak IPA lebih pintar dari anak IPS?

4 Mei 2021 Benarkah Anak IPA lebih pintar dari anak IPS?

Pada tingkat Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), ada perbedaan dibanding tingkat Pendidikan sebelumnya, yaitu anak akan belajar beberapa mata pelajaran tertentu saja atau istilahnya disebut dengan “penjurusan”. Penjurusan di SMA ini secara umum dibagi menjadi IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Sebelumnya ada beberapa sekolah yang juga memberikan opsi jurusan Bahasa, mungkin sekarang pun masih ada beberapa.

Dalam penjurusan ini, siswa dituntut untuk fokus hanya kepada beberapa mata pelajaran tertentu. Jurusan IPA fokus kepada Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi. Sedangkan jurusan IPS lebih fokus kepada Sosiologi, Geografi, Sejarah, dan Bahasa. Tidak jarang juga ada orang tua yang mendesak sang anak untuk masuk jurusan IPA, karena siswa jurusan IPA dikatakan akan terjamin kepintarannya.

Namun apakah benar bahwa anak IPA lebih pintar dari anak IPS?

Sebenarnya, mitos ini berasal dari pemahaman keliru yang menyebutkan bahwa mata pelajaran di jurusan IPA penuh dengan hitungan yang “sulit” sedangkan jurusan IPS berisi pelajaran hafalan yang “mudah”. Padahal, Bloom’s Taxonomy menyebutkan bahwa kemampuan manusia dalam domain kognitif terbagi menjadi tiga aspek, yaitu:

  1. Knowledge, dimana pengetahuan kita mengenai fakta-fakta atau terminologi yang spesifik, pengetahuan mengenai metode-metode tertentu, dan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan teori-teori universal.
  2. Comprehension, dimana kemampuan kognitif dipertajam untuk memahami konsep, membandingkan konsep, menginterpretasikan suatu fenomena atau abstraksi tertentu, dan dapat menyimpulkan main idea dari pembahasan-pembahasan tertentu.
  3. Critical Thinking, terdiri dari beberapa dimensi, yaitu: analysisevaluationsynthesis
    1. Analysis : menguji dan menguraikan informasi dan/atau pengetahuan dengan cara mengidentifikasi komponen-komponen dari informasi tersebut (misalnya: penyebab, efek, dan prevalensi)
    2. Evaluation: mengajukan dan mempertahankan opini dengan cara membuat penilaian mengenai informasi dari gagasan berdasarkan dengan kriteria-kriteria tertentu.
    3. Synthesis: mengumpulkan informasi-informasi terkait suatu gagasan tertentu untuk membuat suatu kesimpulan dan menghasilkan gagasan alternatif

Aktifitas belajar hanya dapat dikatakan efektif dan bermanfaat ketika para siswa berhasil mencapai level critical thinking. Ketika kemampuan anak hanya sebatas jago menghitung karena hafal rumus, atau hafal istilah dengan cara menghafal, maka anak baru sampai level knowledge saja.

Lalu kalau penjurusan sama aja, mengapa sampai ada tes psikologi khusus penjurusan? Karena bakat dan minat anak sangat berperan penting dalam proses belajar.

Ada anak yang jauh lebih senang mempelajari sifat dan perilaku manusia, menelaah dan menganalisa soal mengapa masyarakat seperti sekarang ini; seorang anak yang jauh lebih senang menganalisa penyebab Perang Dunia. Adapun anak yang lebih menyukai segala yang konkrit, factual dan jelas; anak yang lebih tertarik dengan memahami cara bekerja mesin atau menganalisa perilaku hewan serta penyebabnya.

Anak jurusan IPA terlatih menganalisis di bidang ilmu pasti seperti Fisika, Matematika, Biologi, atau Kimia. Sementara itu, anak jurusan IPS lebih mahir menganalisis dari sudut pandang sosial kemasyarakatan dengan bekal ilmu-ilmu yang dipelajarinya, seperti Sosiologi atau Ekonomi.

Perbedaannya terletak pada obyek yang dianalisis, bukan pada anak jurusan IPA atau IPS yang lebih baik. Bekal ilmu dan kebiasaan juga turut mempengaruhi kemampuan analisis dan memecahkan persoalan. Semakin kita cermat mengelola pengetahuan dan pengalaman dalam memandang suatu persoalan, semakin baik pula kemampuan kita dalam melakukan analisis.

 

 

Lihat juga artikel lainnya

Bagikan Artikel ini
tentang Penulis Eduplus Indonesia

We have distributed ASIAN ELEMENTARY TIMES and FREE NOTE to elementary schools in Southeast Asia since 2013.